Skip to main content

Perang Sungai Manik (6)

Perang Sungai Manik (6)


Markas besar PKM di Sungai Tungko gempar (gigir) seperti (ilah) anak ayam kehilangan ibu. Kekalahan yang tidak diduga – tiga orang pegawai mereka terkorban – bak tikaman duri berbisa dalam sejarah perjuangan PKM di Hilir Perak. Sementara menanti (pahadangan)ketibaan pegawai lain, tak seorang pun anggota komunis yang berani menunjukkan muka di Bendang DO.

Lain pula kisahnya dengan warga Banjar yang berhimpun di rumah Tuan Guru. Lelaki dan perempuan sibuk (auran) menggunting kain bakal dibuat wafak Selindang Merah.

Tuan Guru Hj Bakri sudah mendapat firasat: pertumpahan darah di muara Bendang DO tak kan berakhir (tuntung) begitu saja.

Warga Banjara seluruh Sungai Manik harus membuat persediaan awal untuk menghadapai peperangan terbuka, dan mungkin berpanjangan. Peperangan seterusnya bukan saja tertumpu kepada penentangan terhadap PKM, tapi melibatkan sengketa kaum dan agama. Kalau sudah begitu kehendaknya, terpaksalah diteruskan juga. Alang-alang bermandi darah biarlah sampai ketitisan terakhir.

Mentang-mentang (mantangan) sudah dapat (taulihi) ketua baru yang datang dari pangkalan PKM di Sungai Galah, Tanjung Tualang, pengganas komunis di Sungai Tungko makin mengganas (mambala-bala) membalas dendam gamaknya. Setiap kampung berhampiran (bapaparakan) Sungai Tungko habis diganggu (diudaki), harta benda di ambil, anak dara dan isteri orang sudah tak berkira lagi. Siapa yang berani melawan alamat tersungkur (tajalungkup) jadi sasaran peluru raifel MK5. Anak kecil yang masih dalam buaian (dipukongan) pun turut jadi korban, tanpa rasa belas kasihan. Tak cukup dengan perlakuan begitu, surau pula hangus dibakar.

Pejuang kemerdekaan tahi palat lah kalau begini!

“Hampai am hudah saat wan kutikanya warga ku barataan ai…… Karana Allah wan Rasulnya…….diaku istiharakan Fisabilullah…… Allahuakbarrr!” Siwara Patuan Guru Hj Bakri batakbir saling hangkuian.

“Sampailah sudah saat dan ketikanya wahai wargaku semua, demi Allah dan Rasulnya, aku isytiharkan Fisabilullah…Allahuakbar!” suara Tuan Guru Haji Bakri bertakbir dengan lantang.

“Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar!!!” warga Banjar menyahut seruan.

Setelah mendengar berita tentang tertewasnya gerombolan komunis di muara Bendang DO, keluarga Melayu yang menghuni perkampungan di pinggir Sungai Perak pula yang dijadikan mangsa PKM. Puluhan warga Melayu datang menemui Tuan Guru Hj Bakri meminta ilmu peperangan. Walaupun hanya diberi minum air jampi, itupun sudah cukup untuk meyakinkan orang Melayu yang berjanji untuk sama-sama menyerang PKM di Sungai Tungko.

Sementara itu, warga Banjar pula sebulat suara melantik Acil, cucu Tuan Guru sebagai Khalifah Fisabilullah – walaupun masih muda tapi ilmu sudah penuh di dada.

“Dangar, dangar barataan……….isuk imbah subuh kita bagarak manyarang markas si haram jadah di Sungai Tungko…….Allahuakbar!!!,” ujar si Acil mahabarakan.

“Dengar, dengar semuanya, esok selepas Subuh kita bergerak menyerang markas si haram jadah di Sungai Tungko…Allahuakbar!!!” ujar si Acil memberi taklimat.

Hari masih lagi (magunai) kelam (tatarauan), selepas solat Subuh dan bersarapan (makanpupuluran) seadanya, warga Banjar yang bakal pergi menyerang markas PKM masing-masing menyarung pakaian serba putih, selindang merah melilit badan, tanjak (laung) di kepala juga berwarna merah, parang bungkol bergemerlapan. Waduh, melihat pakain begitu pun sudah boleh menimbulkan kegerunan, itu belum lagi berhadapan – meremang (mamburinjing) bulu roma. Sebaik saja selesai bacaan doa oleh Tuan Guru, mereka terus menuju Sungai Tungko.

Tak siapa dapat menduga, rupanya gerombolan PKM sudah sedia menanti ketibaan warga Banjar – seperti sudah dijanjikan. Laras raifel MK5 sedia tertatang, jari melekat di pemetik senapang, dan sebentar lagi bakal berterbanganlah peluru.

Di surau Parit 8, Tuan Guru Haji Bakri terus berzikir tanpa henti. Hanya Pakcik Sukri yang ulang alik ke rumah mengawasi anak isteri warga Banjar yang ditinggalkan demi Fisabilullah.

“Fisabilullah…Lailahaillallah…Allahuakbar!!!” jerit si Acil sebagai Khalifah perang memberi isyarat bermulanya peperangan.

“Lailahaillallah…” bergema suara warga Banjar berkalimah tanpa henti.

Selepas itu, kalingungan (bunyi peluru berterbangan), macam air hujan rancaknya peluru meninggalkan muncung (palumpong) senapang. Gerombolan PKM tercengang kahairanan kerana tak seorang pun warga Banjar yang dihinggapi peluru. Tanpa disedari, pejuang Banjar hanya sedepa (sajangkauan) di depan mata. Galabukan (ekspresi bunyi) mata parang bungkol menetak (manimpas) pantas (ancap), menghayun sekehendak hati. Senjata api yang dimegahkan (diungahakan) oleh komunis nyata tidak bermakna lagi. Akhirnya dibuat penangkis tetakan pejuang Banjar.

Si Kandal Larap dan adik beradik parang bungkol lainnya ketawa riang bermandikan darah. Cair (lanah) markas besar PKM Sungai Tungko dihancurkan (diaburakan) warga Banjar Bendang DO. Baju dan seluar masing-masing basah kuyup, hinggakan boleh diperah kerana dibasahi darah pengganas komunis.

“Allahuakbarrrr…” takbir si Acil khalifah parang bungkol meminta warga Banjar berhenti (bamandak). Bergelimpangan mayat, merah bumi Sungai Tungko dibasahi darah. Namun, lima orang ketua PKM terlepas lari (talapas bukahan) meninggalkan medan peperanagan.

Lari (bukah) bukan sebarang lari. PKM yang pendendam dan kental (kandal) dalam perjuangan tak akan membiarkan begitu saja.

Belum sampai seminggu selepas pertempuran di Sungai Tungko, berduyun-duyun (barara)ahli PKM datang dari setiap penjuru (pinjung) pos PKM di daerah Hilir Perak menghala ke Sungai Manik.

Pertemuan kali kedua lebih hebat lagi. Bukan setakat raifel MK5 saja yang mereka gunakan, bertimbun (batuyuk) Bren Gun dan berpeti-peti banyaknya bom tangan yang seperti buah jambu batu (karatukul). Namun, tak sedikit pun dapat melunturkan (manuhurakan)semangat juang warga Banjar Sungai Manik. Selain parang bungkol, kalimah “Lailahaillallah…Allahuakbar” itulah yang dipegang (dipingkuti) sebagai senjata utama warga kita.

Peperangan seterusnya tak dapat ditamatkan (dituntungakan) dalam sehari seperti sebelumnya. Sudah jadi syarat ilmu Tuan Guru Haji Bakri, walau musuh sedang mengamuk sekalipun, bila sampai masanya untuk berhenti, maka terpaksalah dihentikan…siapa yang berani melanggar syarat akan menerima padah.

Acil, khalifah parang bungkol Sungai Manik baru saja melaungkan kalimah “Allahuakbar” sebagai isyarat menghentikan peperangan untuk hari itu. Seperti biasa, para pejuang Sabilullah berkumpul untuk mengira dan mengenal-pasti setiap orang, manalah tahu kalau-kalau ada yang gugur, atau ada lagi yang masih meneruskan pertempuran.

Pernah terjadi seorang warga Banjar tak ada dalam perhimpunan. Melihat ketiadaan adiknya, si abang melanggar pantang larang dengan berpatah balik mengejar musuh dengan geram. Akhirnya abang dan adik hilang dan tak muncul lagi.

Comments

Popular posts from this blog

Ramalan Jodoh mengikut Kitab Tajul Muluk

Kitab Tajul Muluk adalah merupakan kitab lama. Dikatakan perkataan asal adalah taj-al-mulk. Setelah ia memasuki tanah melayu dari arab, maka sejak itu lah ia berubah menjadi tajul muluk. Sesetengah orang menolak apa yang terdapat di dalam ilmu tajul muluk kerana dikatakan boleh memesongkan akidah. Antara ilmu yang terkandung di dalam kitab ini adalah seperti ilmu berkaitan sifat wanita dan juga jodoh. Berikut adalah pengiraan berdasarkan ilmu tajul muluk mengenai ramalan jodoh. LANGKAH 1 Ke semua nama perlu dieja di dalam tulisan jawi. Memerlukan  nama sendiri, nama ibu sendiri, nama pasangan  dan nama ibu pasangan jumlahkan semua nilai huruf pada nama tersebut. kemudian, jumlah tersebut perlu di tambah 7 dan bahagi 9 Perlu teliti dalam pengejaan kerana dibimbangi keputusannya nanti tidak tepat. CONTOH nur + nurul + muhammad + ahmad احمد +  محمد  +  نورال  +  نور asingkan huruf dan tambah macam di bawah ni (50+6+200)+(50+6+200+1+30)+(...

Nabi Penjaga Air-Bumi-Hutan & tanaman

  Nabi Penjaga Air-Bumi-Hutan & tanaman PENJAGA AIR / BANYU: Nabi khaidir. a.s. Assalamu Alaikum Ya Nabi Yallah Khaidir Alaihissalam, ulun minta halal minta ridho wan pian minta banyu gasan mandi,mandi wajib,minum,dll PENJAGA TANAH / BUMI Nabi adam. a.s. Assalamu Alaikum Ya Nabi Yallah Adam Abul Basyar Alaihissalam, ulun minta halal minta ridho umpat bejajak / bejalan di atas / di belakang tanah / bumi atau handak betanam pohon dll PENJAGA HUTAN / PAPOHONAN Nabi ilyas. a.s Assalamu Alaikum Ya Nabi Yallah Ilyas Alaihissalam, ulun minta halal minta ridho minta kayu atau menatak kayu dll PENJAGA RUMPUT / TANAMAN Nabi idris. a.s Assalamu Alaikum Ya Nabi Yallah Idris Alaihissalam, ulun minta ridho minta halal umpat bejalan / bejajak di atas rumput dll

SISI LAIN SEJARAH PATIH AMPAT LEGENDA PAHLAWAN BANJAR

SISI LAIN SEJARAH PATIH AMPAT LEGENDA PAHLAWAN BANJAR Zaman dahulu di tanah Banjar, terdapatlah kerajaan yang bernama Nagara Dipa. Kerajaan Dipa saat itu belum memiliki raja sebagai pemimpin. Hanya ada empat orang pemuka yang dikenal sebagai 'Patih Ampat' atau 'Mantri Ampat'. Mereka adalah orang-orang yang kuat sakti mandraguna. Kekuatan dan kesaktian mereka terkenal ke seluruh pelosok negeri. 1-Panimba Sagara Orang yang pertama adalah Panimba Sagara. Penampilannya sangat rapi. Warna pakaian kesukaannya adalah kuning. Senjatanya bernama Naga Runting. Panimba Sagara memiliki kesaktian sanggup menimba air lautan dengan kedua tangannya. Jika ingin mengeringkan air laut, ia bisa mengubah dirinya menjadi lebih besar daripada raksasa. Kalau ia berdiri di tengah lautan yang paling dalam, air laut hanya sampai pada tumitnya. Kalau ia berdiri di daratan, gunung yang tinggi hanya sebatas lututnya. kalau Pambimba Sagara berjalan selangkah saja, satu bukit b...