Rencana ini adalah tulis daripada facebook Saudara Ryan Tanjung yang berasal dari Kalimanatan Selatan
Dialek Bahasa Banjar
Kalau diperhatikan pembicara-pembicara bahasa Banjar dapat diidentifikasi adanya variasi-variasi dalam pengucapan ataupun perbedaan-perbedaan kosa kata satu kelompok dengan kelompok suku Banjar lainnya, dan perbedaan itu dapat disebut dialek dari bahasa Banjar yang bisa dibedakan antara dua dialek besar yaitu;
Bahasa Banjar Hulu Sungai / Bahasa Banjar Hulu
Bahasa Banjar Kuala.
Bahasa Banjar Hulu Sungai / Bahasa Banjar Hulu
Bahasa Banjar Kuala.
Dialek Banjar Kuala umumnya dipakai oleh penduduk asli sekitar kota Banjarmasin, Martapura dan Pelaihari. Sedangkan dialek Banjar Hulu adalah bahasa Banjar yang dipakai penduduk daerah Hulu Sungai umumnya yaitu daerah Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara ,Balangan, serta Tabalong.
Pemakai dialek Banjar Hulu ini jauh lebih luas dan masih menunjukkan beberapa variasi subdialek lagi yang oleh Den Hamer disebut dengan istilah dialek lokal yaitu seperti Amuntai, Alabiu, Kalua, Kandangan, Tanjung dan bahkan Den Hamer cenderung berpendapat bahwa bahasa yang dipakai oleh orang Bukit yaitu penduduk pedalaman pegunungan Meratus merupakan salah satu subdialek Banjar Hulu pula.Dan mungkin subdialek baik Banjar Kuala maupun Banjar Hulu itu masih banyak lagi.
Kalau melihat banyaknya variasi pemakaian bahasa Banjar yang masih memerlukan penelitian yang lebih cermat dari para ahli dialektrografi sehingga bahasa Banjar itu dengan segala subdialeknya bisa dipetakan secara cermat dan tepat. Berdasarkan pengamatan yang ada, pemakaian antara dialek besar Banjar Kuala dengan Banjar Hulu dapat dilihat paling tidak dari dua hal, yaitu:
Adanya perbedaan pada kosa kata tertentu;
Perbedaan pada bunyi ucapan terhadap fonem tertentu. Di samping itu ada pula pada perbedaan lagu dan tekanan meskipun yang terakhir ini bersifat tidak membedakan (non distinctive).
Bahasa Banjar Hulu merupakan dialek asli yang dipakai di wilayah Banua Enam yang merupakan bekas Afdelling Kandangan dan Afdeeling Amoentai (suatu pembagian wilayah pada zaman pendudukan Belanda) yang meliputi kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Balangan dan Tabalong pada pembagian adiministrasi saat ini.
Puak-puak suku Banjar Hulu Sungai dengan dialek-dialeknya masing-masing relatif bersesuaian dengan pembagian administratif pada zaman kerajaan Banjar dan Hindia Belanda yaitu menurut Lalawangan atau distrik (Kawedanan) pada masa itu, yang pada zaman sekarang sudah berbeda. Puak-puak suku Banjar di daerah Hulu Sungai tersebut misalnya :
Orang Kelua dari bekas Distrik Kelua di hilir Daerah Aliran Sungai Tabalong,Kabupaten Tabalong.
Orang Tanjung dari bekas Distrik Tabalong di hulu Daerah Aliran Sungai Tabalong, Kabupaten Tabalong.
Orang Lampihong/Orang Balangan dari bekas Distrik Balangan (Paringin) di Daerah Aliran Sungai Balangan, Kabupaten Balangan.
Orang Amuntai dari bekas Distrik Amuntai di Hulu Sungai Utara
Orang Alabio dari bekas Distrik Alabio di Hulu Sungai Utara
Orang Alai dari bekas Distrik Batang Alai di Daerah Aliran Sungai Batang Alai, Hulu Sungai Tengah
Orang Pantai Hambawang/Labuan Amas dari bekas Distrik Labuan Amas di Daerah Aliran Sungai Labuan Amas, Hulu Sungai Tengah
Orang Negara dari bekas Distrik Negara di tepi Sungai Negara, Hulu Sungai Selatan.
Orang Kandangan dari bekas Distrik Amandit di Daerah Aliran Sungai Amandit, Hulu Sungai Selatan
Orang Margasari dari bekas Distrik Margasari di Kabupaten Tapin
Orang Rantau dari bekas Distrik Benua Empat di Daerah Aliran Sungai Tapin, Kabupaten Tapin
Daerah Oloe Soengai dahulu merupakan pusat kerajaan Hindu, di mana asal mula perkembangan bahasa Melayu Banjar.
Comments
Post a Comment